Pa Ahok, siang ini tiba-tiba aku teringat Bunga dan Tembok nya Wiji Thukul
Maka Pa Ahok,
seumpama bunga, engkau adalah YANG TAK DIHENDAKI TUMBUH
Seumpama bunga, engkau adalah YANG TAK DIHENDAKI ADANYA
Seumpama bunga, engkau adalah YANG RONTOK DI BUMIMU SENDIRI
Seumpama bunga, engkau adalah YANG TAK DIHENDAKI ADANYA
Seumpama bunga, engkau adalah YANG RONTOK DI BUMIMU SENDIRI
Mereka barangkali lebih suka tembok ketimbang bunga
Tembok yang menyekat batas
Menjulang angkuh padahal rapuh
Dan hhhhh, benalu yang terlihat bagus rupanya dianggap lebih menarik dibanding bebungaan
Tembok yang menyekat batas
Menjulang angkuh padahal rapuh
Dan hhhhh, benalu yang terlihat bagus rupanya dianggap lebih menarik dibanding bebungaan
Sialnya benalu itu banyak sekali,
Habislah kau digerogoti
Tapi seumpama bunga, kau tetap harum dengan caramu sendiri
Bukankah bunga tak perlu jelaskan pada yang lain tentang dirinya?
Sebab bunga adalah bunga
Bukankah bunga tak perlu jelaskan pada yang lain tentang dirinya?
Sebab bunga adalah bunga
Ia indah saja, harum saja
Dan engkau akan selalu disukai oleh mereka yang memahami cantiknya.
*terinspirasi Bunga dan Tembok nya Wiji. Saya juga menulis ini ditemani musikalisasi yang dibawakan Fajar Merah dan bang Cholil Mahmud. Tuhan bersama orang yang mengabdikan diri untuk orang banyak, Pa Ahok. You never walk alone...
![]() |
Source : google |