Saya menyebut tahun 2013 ini sebagai tahun “gandrung musik folk”,
karena di tahun ini saya mengenal sejumlah musisi yang membuat saya semakin gandrung dengan folk, genre musik yang sederhana namun bisa demikian indah,
menyentuh dan kaya makna. Saya mengenal folk sudah lama sebenarnya, antara lain melalui
lagu-lagu Iwan Fals. Namun saat
itu saya belum tau kalau jenis musik yang saya dengar tersebut bernama folk
(saya kira itu jenis musik balad. Saya
memang belum bisa membedakan antara folk dan balad, pun hingga saat ini, hehe).
Saya baru "ngeh" dengan genre musik folk ketika jatuh hati dengan Payung Teduh
pertengahan 2012 silam. Meski mereka sendiri tidak melabeli diri dengan genre
musik folk dan menyerahkan sepenuhnya genre musik yang mereka usung pada
pendengar, tetapi banyak yang menyebut Payung Teduh beraliran folk. Terpikat dengan
lagu-lagu PT dan nuansa folk yang membekas dalam merasuk sukma *hohoh* saya pun
mencari tahu lebih banyak mengenai folk. Sayangnya referensi mengenai musik folk yang
saya peroleh sangat sedikit, sehingga saya juga belum paham lebih jauh, masih sekedar meraba-raba.."oh folk itu begini".. Tapi hal itu tak menyurutkan tekad saya mencintai folk.
Minimnya referensi mengenai musik folk mungkin disebabkan folk sendiri tak sepopuler genre musik lainnya, terlebih selama satu dekade folk tergeserkan gaung musik rock. Akan tetapi beberapa tahun terakhir folk kembali menggema di Indonesia, ditandai menjamurnya sejumlah musisi folk di ranah musik indie.
Minimnya referensi mengenai musik folk mungkin disebabkan folk sendiri tak sepopuler genre musik lainnya, terlebih selama satu dekade folk tergeserkan gaung musik rock. Akan tetapi beberapa tahun terakhir folk kembali menggema di Indonesia, ditandai menjamurnya sejumlah musisi folk di ranah musik indie.
Tapi saya menyukai folk bukan karna folk tengah ngetrend
kembali belakangan ini, melainkan karna saya merasa folk adalah genre musik yang
paling pas dengan telinga saya selain pop, balad, jazz juga keroncong. Folk itu
sederhana, namun indah. Folk itu menenangkan, menyenangkan. Folk itu teduh. Folk itu seperti mewakili isi hati. Mendengarkan folk itu seperti..
menemukan belahan jiwa.Dan menikmati
musik folk ditemani secangkir teh di tengah udara dingin kota Garut
adalah salah satu momen paling menyenangkan. Betapa bahagia itu
sederhana saja :)
Berikut ini adalah sejumlah musisi folk yang sangat saya
sukai:
Payung Teduh
PT berdiri tahun 2007 berawal dari profesi
pemain musik Teater Pagupon. Dua orang formasi awal yaitu Is (gitar &
vokal) dan Comi (contra bass), dua orang yang suka nongkrong di kansas (kantin
sastra FIB UI), gemar ngejam,ngamen dan bernyanyi untuk orang-orang di kantin
tersebut yang akhirnya memutuskan membentuk Payung Teduh, dengan tambahan
personil Ivan Penwyn dan Alejandro Saksakame[1].
Saya pernah menulis tentang mereka di sini.
2 Dialog Dini Hari
Trio asal Bali yang menyuguhkan paduan
folk, blues dan balad dengan lirik puitis bertema kehidupan, cinta, alam,
sosial. Lagu-lagu DDH ini sejuk, menentramkan, kontemplatif. Kadang terkesan kelam (sperti
Bumiku Buruk Rupa), kadang juga riang. .seperti lagu Pagi (saya menyebutnya
sebagai lagu kebangsaan mereka yang masih jomblo, hahaha). Setiap kali mendengar
suara Om Dadang rasanya seperti mendapat spirit, energi baru untuk berkontemplasi. Manuskrip Telaga
adalah salah satu lagu menentramkan yang paling saya sukai dari DDH.
Pada akhir kuartal pertama di tahun 2008,
para motor penggerak dua band besar asal Bali – Dadang SH Pranoto dari NAVICULA
dan Ian Joshua Stevenson serta Mark Liepmann dari KAIMSASIKUN – duduk bersama.
Menyepakati diri mengalirkan dialog bebas lepas tengah malam dan merangkumnya
kedalam musik dan notasi sederhana. Sembari sejenak menanggalkan emblem yang
telah menahun melekat pada eksistensi Navicula yang
sering dijuluki neo-green-phsycadelic-grunge-core dan Kaimsasikun dengan
stempel deep-psycho-britt-rock-nya. Leburan demi leburan blues, folk dan ballad
ditakar oleh DIALOG DINI HARI sedemikian tepat sebagai degup-melodi penghantar
pesan ringan-cerdas-indah dalam warna vokal bariton yang merdu menyeruak dari
dalam luka yang membekas. Sedangkan dominasi suara gitar aksutik dan
semi-steel-dobro yang khas, plus selingan gesekan steel-slide yang kasar dan
ekspresif berhasil membangun dinamika nuansa live yang sangat terjaga.[2]
3 FLOAT
Band yang belakangan ini membuat saya gregetan karena sejumlah lagunya yang jleb nancep di hati. Hehe lebay yak? Gapapa deh...
Saya berkenalan dengan Float bulan April lalu. Dikenalkan oleh kawan saya, Mario Rouv, seorang seniman asal Magelang. Bagi yang pernah menonton film 3 Hari Tuk Selamanya tidak akan asing dengan lagu-lagu Float karena soundtrack di film tersebut diisi oleh Float. Indah Hari Itu (IHI), Stupido Ritmo, Pulang dan Sementara adalah lagu-lagu yang saya dengar di awal perkenalan dengan Float. Semuanya sangat memikat. Belakangan ini saya juga sedang getol memutar Sendiri (Guruh Soekarno Putra Cover), Nyiur Hijau (Maladi cover) dan When Was Last Time You Disappeared yang membuat saya merinding, terutama lagu Sendiri. Serius, keren banget lagunya!
Saya berkenalan dengan Float bulan April lalu. Dikenalkan oleh kawan saya, Mario Rouv, seorang seniman asal Magelang. Bagi yang pernah menonton film 3 Hari Tuk Selamanya tidak akan asing dengan lagu-lagu Float karena soundtrack di film tersebut diisi oleh Float. Indah Hari Itu (IHI), Stupido Ritmo, Pulang dan Sementara adalah lagu-lagu yang saya dengar di awal perkenalan dengan Float. Semuanya sangat memikat. Belakangan ini saya juga sedang getol memutar Sendiri (Guruh Soekarno Putra Cover), Nyiur Hijau (Maladi cover) dan When Was Last Time You Disappeared yang membuat saya merinding, terutama lagu Sendiri. Serius, keren banget lagunya!
Float adalah sebuah band yang didirikan
pada tanggal 30 Agustus 2004 oleh Hotma "Meng" Roni Simamora, Windra
"Bontel" Benyamin, dan Raymond Agus Saputra. Pada awal tahun 2005
Float merilis mini albumnya yang berjudul "No-Dream Land" secara
independen. Mini album ini menarik perhatian produser film Mira Lesmana yang
kemudian meminta Float mengisi album soundtrack untuk film "3 Hari Untuk
Selamanya" (2007) yang disutradarai Riri Riza. [3]
4 Tigapagi
Meskipun saya menggandrungi folk setelah mengenal Payung Teduh, tapi bisa dikatakan bahwa band folk pertama yang
saya simak dari scene musik indie adalah Tigapagi. Pertama kali mengenal Tigapagi
saat menonton siaran LA Light Indie Fest 2008 di salah satu stasiun televisi swasta.
Saya ingat malam itu lagu Menari yang mereka lantunkan membuat saya bergetar. Dan salah satu lagu Tigapagi bertajuk Batu Tua termasuk ke dalam daftar lagu paling
berpengaruh dalam hidup saya, hehe.. Saya pernah menulis postingan yang
terinspirasi dari lagu Batu Tua.
Tigapagi sendiri berasal dari Bandung,
pernah menjadi finalis La Light Indiefest 2008. Meski telah berdiri sejak 2004
tetapi baru 30 Oktober kemarin mereka mengeluarkan album perdana bertajuk
Roekmana’s Repertoire. Profil lengkap sila klik di sini.
5 Katjie Piering
Tahun 2011 saya pernah menulis tentang mereka di
postingan ini. Kinanti dan Zsa Zsa Zsu (Rock N Roll Mafia cover) menjadi lagu
favorit saya dari Katjie n Piering.. Banyak yang mengatakan bahwa mendengar Katjie n Piering seperti dibawa ke dalam suasana sore menjelang malam di kota Bandung pada tahun 1920 an, katanya, karna saya sendiri tidak pernah tahu Bandung tahun 1920 an seperti apa, hehehe...
6 Nadafiksi
Terbentuk tahun 2009 dan berasal dari
Bandung, kini beranggotakan Dwi Kartika Yudhaswara (gitar, vokal) dan Ida Ayu
Paramita Saraswati (vokal, pianika). Saya mengenal mereka Juni 2012 lalu dari
Kang Heri Hartono, kawan sesama pecinta musik indie. Awalnya saya menyimak
video mereka di youtube. Jatuh cinta pada pandangan pertama ternyata memang
ada. Buktinya video Benci Untuk Mencinta (Naif cover) seketika membuat saya
jatuh cinta dengan Nadafiksi. Lagu dan konsep videonya memukau saya
kala itu. Disusul Secarik Buram Kertas dan Burung yang semakin membuat saya jatuh hati dengan
Nadafiksi. Selain yang tadi, lagu
favorit saya dari Nadafiksi adalah Darimu Untukku, Misteri Minggu Depan,
Barisan Khayalan, Speak Softly Love (Andy Wiliam cover), Bukit Berbunga
(cover), hahaha itu mah semuanya atuh yah.. pokonya saya suka banget sama
Nadafiksi. Salah satu note fb saya ditulis setelah mendengarkan lagu mereka
pada suatu malam di bulan November 2013, diiringi tangisan dan srottt nyedot umbel
karna lagu Darimu Untukku dan Speak Softly Love benar-benar menyayat hati malam itu.
7 DeuGalih and Folks
Sejujurnya agak sulit mencari lagu dan profil
lengkap Deugalih and Folks, hehe.. Selepas vakum dari
Schizhophones (band beraliran grunge) Galih Su membentuk DeuGalih and Folks
yang beranggotakan sekitar 9 orang, salah satunya adalah dosennya sendiri. Konon
para personilnya bukan orang-orang sembarangan, beberapa di antaranya adalah
eksponen scene-country music Bandung. [4]Dengan
alat musik yang lebih beragam seperti mandolin, suling Sunda, kecapi, biola, harpa, banjo, dll. lagu-lagu DeuGalih and Folks menjadi lebih kaya,
nuansa folknya sangat kental sekali.
Buat Gadis Rasyid, Anak Sungai, Kamu Yang
Kecil dan Sore adalah lagu yang sangat sangat sangat saya suka dari Deugalih
and Folks. Mendengarkan mereka seperti dibawa hanyut ke dalam suasana damai,
syahdu, intim. Sila simak video keren mereka di
youtube.
8 Teman Sebangku
Adalah sepasang teman berasal dari kota
Bandung yang menyukai musik dan menjadikannya sebagai media untuk berbagi, apapun
ceritanya. Si lelaki memetik gitar nylon dan si perempuan bersenandung[5].
Mengusung genre folk, klasik dan akustik. Riang, hangat, menyenangkan. Lagu favorit saya adalah Menari, Berhenti
Sejenak dan Berjalan Ke Barat di Waktu Pagi Hari (Sapardi Djoko Damono)
9 Banda Neira
Saya baru dua mingguan mengenal Banda
Neira, ketika sedang menjelajahi soundcloud. Lagu pertama yang saya dengar
adalah Ke Entah Berantah yang seketika membuat saya tersenyum kemudian berujar ”iss keren”. Lalu lagu-lagu berikutnya membuat saya berteriak: "Aaaaaaa kerennnnnnn!"
Yap, jatuh cinta sekali dengan Banda Neira ini,
terutama lagu Ke entah Berantah, Berjalan Lebih Jauh, Senja di Jakarta, Di Atas Kapal Kertas, aah
semuanyaaaaaa.
Banda Neira adalah proyek iseng Rara Sekar
& Ananda Badudu. Formatnya sederhana saja, dua orang dan satu gitar. Kadang
ada xylophone mainan nyempil. Atau impersonisasi terompet berhubung tak punya
alat sesungguhnya. Meski formatnya dua orang, mereka menolak disebut duo,
inginnya disebut band. Tak tahu pasti apa maksudnya. Karena format sederhana,
latihan pun bisa di mana saja. Bisa di atap kos-kosan, di ruang fitnes kedap
suara, di warung sepi pengunjung, hingga rerumputan taman kota. Karena lirik
lagu Banda Neira kebanyakan nelangsa, maka disebutlah genrenya nelangsa pop.[6]
Mr. Sonjaya
Geloooo, enakeun pisaaan. Itulah kata-kata
yang terbersit di kepala saya saat pertama mendengar lagu-lagu Mr. Sonjaya
seperti Perjumpaan, Seandainya Sahabatku dari Luar Angkasa dan Musim Penghujan. Hahaha... lirik-lirik yang nyentrik
asik menggelitik. Saya suka merekaaa... Lalu ada Would You Be My November yang menjadi lagu penutup November yang indah ini. Dan hmmm... "Would you be my november?:
*sambil nowel Fauzi Baadila. Hia hia hia..
Mr. Sonjaya berasal dari Bandung (juga) dan
terbentuk tahun 2009. Genre Folk yang mereka usung pun sempat membuahkan sebuah
mini album di tahun 2009 yang bertajuk “Paket 2009 Detik”. Setelah melewati
perjalanan panjang hampir empat tahun lamanya akhirnya mereka baru-baru ini
merilis EP terbaru tepatnya pada tanggal 31 Mei 2013 berjudul “Perjumpaan” [7]
Selain mereka ada juga lagu-lagu dalam EP Taman Kenangan
milik Yadi Cubek (gitaris Deu Galih and Folks),
atau lagu-lagu Harlan Boer seperti jajan Rock dan Sakit Generik, serta lagu
dalam EP Satu Sisi milik Rinjani Reza, yang saya gemari.
Oh iya, beberapa lagu yang saya sebut di atas bisa didengar di akun soundcloud saya, karna sudah saya repost. Tadinya akan saya sisipkan langsung di sini, tapi takut nambah berat badan blog, kasian kalo sampe obesitas, hehehe...
Oh iya, beberapa lagu yang saya sebut di atas bisa didengar di akun soundcloud saya, karna sudah saya repost. Tadinya akan saya sisipkan langsung di sini, tapi takut nambah berat badan blog, kasian kalo sampe obesitas, hehehe...
Seiring dengan kembalinya kejayaan folk di tengah scene
musik indie, semakin bermunculan pula band folk lainnya. Sejumlah teman pernah
merekomendasikan nama-nama seperti Diar, Knee and Toes, Star and Rabbit, Trades
and Traffic, SemakBelukar, Rusa Militan, dll. yang akan segera saya cari tahu.
Akhir kata, bila anda penyuka musik-musik bersahaja namun tetap indah dan kaya makna, sila simak karya-karya mereka. Dan bila ingin mengetahui apa itu musik folk, sila baca di sini atau di sini
[1] Payung
Teduh, https://www.facebook.com/pages/Payung-Teduh/125695624113528?id=125695624113528&sk=info
[2] Dialog
Dini Hari, https://www.facebook.com/dialogdinihariband/info
[3] Float, http://floatproject.com/
[4] http://wastedrockers.wordpress.com/2011/08/17/out-now-deugalih-folks-%E2%80%93-earth-single-album-2011-free-download/
[5] Teman
Sebangku, https://www.facebook.com/temansebangkumusik?fref=ts
[6] Banda
Neira, https://soundcloud.com/bandaneira
[7] http://redandwhitemag.com/2013/06/red-and-white-interview-with-mr-sonjaya-and-talks-about-new-ep-perjumpaan/
wuiih...pengetahuan musiknyajero pisan euy...hapal sampeke no. sepatu mereka deh ke'nya...;o)
BalasHapusapalagi apal apa makanan kesukaan mereka juga kan
Hapusdan hapal hobi serta cita-cita mereka juga *berasa biodata*,hahaha :D
Hapusuntuk musik yang satu ini mungkin pernah dengar atau menyaksikan tapi mungkin kurang tau
BalasHapussalut deh yang suka musik ini...
pasti udah pernah ko, cuma memang karna jarang disebut secara jelas kalo itu folk makanya jadi asing sama istilahnya... :)
Hapussaya pernah dengar genre folk tapi kurang terlalu xpos..
BalasHapusbetul...folk memang kurang terekspos. selama ini biasanya lebih dikenal sebagai lagu balad..
Hapussebentar.. saya ta' cari dulu lagu2nya. klo udah tau, baru saya komentar disini..
BalasHapusI'll be back.. (kalau nggak kesasar)
banyak kesasarnya
Hapus@mas Budy: beberapa lagunya ada di akun soundcloud saya, bisa diklik di postingan ini... :D
Hapus@mas Agus: yang penting hapal jalan pulang, hehehe.... :D
HapusAssalamua'alaikun,punten Neng nembe tiasa amengan kadieu hehe,,,kumaha damang???nuhunwe ari damang mah hehe,,BTW Postnganya keren banget,itu saur si akang Cilembu meni jero pisan cenah hahaha
BalasHapusWaalaikumsalam Kang, alhamdulilah damang... teu sawios kang, ngartos nuju sibuk...hehe.. salam baktos.
Hapusah padahal da tidak terlalu jero, hanya sekedik sajah yang saya tau, hehehe, :D
hebat euy pengetahuana mah... cocok jadi pengamat musik eheheh
BalasHapushehe hanya sekedar penikmat aja mang.. soalnya saya ga punya kemampuan mereview musik dengan baik, nulis juga cuma asal-asalan, hehehe...
Hapusuntuk jenis musik folk ini saya memang belum mengetahui dan mendengarkannya, untuk jass, balads dan keroncong saya sudah mendengarkannya dan sedikit ada ketertarikan pada musik-musik elegan tersebut
BalasHapushehe, sebenarnya udah familiar ko...kalo pernah denger lagu-lagu Bob Dylan maka itu genre musik folk. kalo di Indonesia, misalnya beberapa lagu Iwan Fals.. Ebiet G.Ade..
Hapussaya belum mendegar banyak band folk lainnya.. :)
BalasHapushehe, yang di atas keren-keren loh, dan pengen cari tau lebih banyak lagi... :)
BalasHapusking of convenience,the left,moriarty,city and colour
BalasHapushalo, thanks dah mampir... dan makasih juga tambahan referensinya :)
HapusToosss..dulu mbaknya, coba dengerin Nosstress menurut mbak ini masuk folk bukan?
BalasHapusrecomended :"tanam saja", "ini judulnya belakangan", "mengawali hari", "kita-ft.Sandrayati Fay"
Nostress juga folk menurut saya... hehe.. Mereka juga keren :)
Hapushai, saya juga pecinta musik folk dan saya punya koleksi (insyaallah) lengkap dari mulai payung teduh, nada fiksi, mr. sonjaya, banda neira, tiga pagi, deu galih, teman sebangku, float.
BalasHapuskalo boleh nambahin, musik dari 'jalan pulang', 'seiring waktu berjalan', 'silampukau', 'backwoodsun', the tree and the wild, dan 'senandung sore'.
senang bisa berbagi :)
Wiiiihhh keren, keren...lengkap koleksinya.... Ihh seneng deh ketemu kamu.. Oh iya, Jalan Pulang udah sering saya denger... saya paling suka yang Di Kota Ini Tak Ada Kamu lagi.. Trus sekarang saya ngetik komen sambil dengerin Berlin nya The Trees and The Wild.. :)
HapusYang lain belum saya dengerin, insyaallah saya cari ntar..makasih banyak yaaa.... :)
Senang bisa berbagi :)
HapusMalam ini dengan 'tidurlah' dari payung teduh memang pas :)
Punya link untuk download lagu2 mereka gak? Mohon di bagi ya :)
BalasHapusSaya cuma punya PT sama banda neira, saya juga mau mendengar lagu dari penyanyi lain.
kalo link download agak susah, saya biasanya dengerin dari youtube atau soundcloud.. coba aja buka soundcloud, trus ketik nama band nya, banyak ko... :)
Hapusmakasih ya udah mampir di sini... :)
Tigapagi, Katjie & Piering, Sarasvati, Payung Teduh, udah mengubah diri saya teh. Agak terdengar 'lebay' sih, tapi itu yang saya rasakan. Dimana saya lebih produktif mengerjakan sesuatu sambil ditemani musik mereka hehe
BalasHapuscoba lo dengerin musik dari danilla, pasti lo bisa langsung nulis lagu.
Hapus@vander & life for all : sepakaaattt, saya juga sering ditemenin mereka kalo lagi ngerjain sesuatu.. ga lebay ko, emang itu yang saya rasain juga.. :)
Hapuscoba aja lo semua dengerin musik dari danilla yang alirannya folk sama bossa nova. pasti ketagihan. nih link ya https://soundcloud.com/danilla-jpr
BalasHapushehehe, yups..saya dengerin Danilla sejak beberapa bulan lalu dan juga udah beli cd Telisiknya, suer kereeeeennnnnnn
HapusWaw, sebagai sesama pecinta folk bandung kami jatuh cinta dengan tulisan mbak :) Angsa dan serigala juga walaupun tergolong ke baroque pop tapi mereka masuk ke folk secara umum loh.
BalasHapusAda band Rusa militan, heavily folk, Nuansa islandianya juga recomended mbak haha.. Mustache and beard juga, Sama lafagreen di soundcloud. dia produser dan gitarisnya Danilla. lumayan buat nambah referensi folk..
Balik berkunjung ke blog kami yah, ada beberapa review CD dan info gigs di bandung yang penuh dengan cinta dari folk haha
Hihi, thanks yaaa udah mampir... makasih juga untuk tambahan referensinya... Segera berkunjung balik.. Salam.. :)
Hapussaya juga sangat suka musik folk
BalasHapusberawal dari saya bosan mendengar genre musik yang ngetrend saat ini itu itu saja,, saya mencoba mendengarkan musik dengan nuansa baru,, awalnya saya mendengarkan musik dari band The Trees and The wild yang mengusung aliran akustik folk,, (folk nya masih sedikit kental dengan aroma modern tapi keren) hit yang sering saya dengar antara lain "saija, Empati tamako, Our root, deru dan kesalahan"
setelah itu saya semakin penasaran dengan musik folk,, saya cari info info ternyata benar apa kata mbak, masih minim info tentang musik folk
tetapi itu tak membuat saya berhenti mencari tau tentang info musik folk dan bertemulah saya dengan sederetan band band folk yang keren di antaranya payung teduh , Aurette And The Polska Seeking Carnival, dll
dan menurut saya folk mempunyai nuansa yang segar, sejuk mempunyai makna di setiap kata kata dari lirik yang mungkin lirik nya sulik di jabarkan artinya . tapi wow aku mulai jatuh cinta dengan musik folk
The Trees and The Wild saya paling suka sama Berlin, hehehe...
HapusSayangnya Aurette udah bubar yah, hikssss....
Yup, folk itu nawarin nuansa yang sejuk dalam balutan kesederhanaan :)
Bob dylan yang berakar pada musiknya Jonny The Kid , Jack Rollins dan Woody Guthrie yang akar musiknya pada Muddy Watter.
BalasHapusdoel sumbang oge folk . trus mang abuy oge yang judulnya da bogoh.
ngan mereka mah folk sunda .
Saya penggemar berat Kang Doel Sumbang.. kalo Mang Abuy belum tau, kapan2 saya cari tau.. Wiih Jonny The Kid, Jack Rollins sama Woody Guthrie belum saya kenali tuh, asiik dapet referensi baru :)
Hapuspandai besi coba kak, walaupun cover dari ERK. angsa serigala kak, 4:20 kak, masih buanyak lagi yang asoy kak. jangan lupa white shoes kak yang cadasssz :D
BalasHapusHehe, ERK, Pandai Besi, White Shoes udah akrab banget kalo saya, hihihi, tapi yang 4:20 baru tau tuh... makasih referensinya :)
HapusTambahan nih kak, coba deh dengerin lagu-lagunya nostress sumpah keren
BalasHapusSepakaat, nostress keren.. ^_^
Hapusnah, akirnya saya tau lagu2 untuk nambah daftar playlist.. dari dulu cumak payung teduh soalnya -.-"
BalasHapusHehehe, saya ikut seneng... Saya juga masih terus nyari grup musik yang lainnya :)
Hapuskaloh abah iwan termasuk folk ga sih ?
BalasHapusYap.. Abah Iwan salah satu musisi folk dan balad legendaris :)
HapusSuka banget erk, banda neira, payung teduh, ddh, pandaibesi,ttatw.. Dan saya baru ngeh belum lama ini kalo saya suka musik folk, pun dari seorang teman. Makasih mbak jadi punya tambahan referensi musisi folk lainnya.. :)
BalasHapusAhh adhitia sofyan atau sarasvati (entah folk atau bukan) tapi enak didenger mbak...
Coba dengerin lagunya frau. Kayaknya itu juga aliran folk
BalasHapusstars and rabbit, melayang layang :))
BalasHapusGreat post, mba! Bener2 ngasih saya referensi semalem dengerin satu2 di soundcloud ampe subuh, ahaha. Kalo berkenan dengerin indie folk dr iceland, bisa cek judul-judul ini.. raudum sandi by ylja, ypung boys by sin fang, vonarstrond by ikorni (plg suka yg ini) terangkum di the hot spring, kerid cd 2013 collection.. sm dr alexrainbird music dia bikin rangkuman indie folk tiap bulan di youtube, yg oke so far.. charles william where you wanna be sm anthem academy every little beat. Semoga wawasan folk kita makin luas yaa ^^
BalasHapusdapat pencerahan musik folk akhirnya. Makasi bnyak mba! Keren kerenn. Coba denger the avett brothers mba kali aja jatuh cinta juga.
BalasHapusSankyuu .. Mantap mantap bandnya :D
BalasHapus