Social Icons

Pages

Sabtu, Juni 18, 2011

Wara Wiri Ke Galunggung

Kamis  9 Juni 2011, saya dan 15 orang teman sekelas berangkat menuju Kawasan Wisata Gunung Galunggung, Kabupaten Tasimalaya. Bagi sebagian besar masyarakat Jawa Barat, mendengar nama Galunggung  kerap mengingatkan mereka pada memori kelam saat gunung ini meletus sekitar April 1982, di mana terjadi letusan dahsyat disertai suara dentuman, pijaran api, dan kilatan halilintar. Kegiatan letusan berlangsung selama 9 bulan dan berakhir pada 8 Januari 1983. Tasikmalaya dan kota-kota sekitarnya diselimuti kegelapan yang disebabkan abu Galunggung.  Bahkan abu letusan Galunggung sampai pula ke Australia. 

Dahsyatnya bencana ini menyisakan kepiluan mendalam. Dan bencana ini pula lah yang kemudian menginspirasi Ebiet G.Ade hingga mencipta lagu “Untuk Kita Renungkan”.  Namun kini, sisa-sisa tragedi mengerikan tersebut seakan sirna.  Tergantikan kesuburan dan keindahan alamnya, termasuk keindahan kawah yang menjadi tujuan wisata kami kali ini. 

Kami memilih hari kamis dengan alasan menghindari suasana yang terlalu ramai jika misalnya berangkat saat weekend. Suasana tempat wisata yang  terlalu ramai dan hingar bingar memang kurang menyenangkan, mengganggu kekhusu'an berlibur, hoho. Sebenarnya rencana awal  kami adalah Teejay Waterpark (masih di kota yang sama) yang  baru saja launching beberapa bulan lalu. Tapi 3 hari menjelang  hari H, seorang kawan memamerkan foto-foto perjalanannya ke Galunggung yang  membuat kami penasaran dan sepakat mengubah haluan wisata ke sana. Selain karna view nya yang terlihat keren, sebagian dari kami (termasuk saya) tidak bisa berenang. Walau di Teejay  memang tidak harus selalu berenang, tapi kami merasa agak agak minder jika harus berada di sana, sehingga akhirnya kami memutuskan menunda  acara wara-wiri ke objek wisata terbaru di kota Tasik tersebut(hehe, maaf Teejay, semoga kapan-kapan kami bisa mengunjungimu)

Minus satu hari menjelang hari H, sebagai koordinator acara , saya sempat ketar-ketir karna masih menunggu keputusan beberapa kawan yang masih belum mendapat izin. Keikutsertaan mereka yang belum memperoleh izin sangat menentukan besar kecilnya pengeluaran bersama kami nanti.  Jika jumlah rombongan hanya sedikit, berarti kami harus mengeluarkan uang lebih besar untuk menambal kebutuhan beli bensin dan ini itu. Tapi jika rombongan yang ikut lebih banyak, pengeluaran yang ditanggung bersama tidak akan terlalu besar. Syukurlah, menjelang sore  semua sudah mendapat izin. 

Alhamdulillah, perjalanan Garut-Tasik berjalan dengan lancar dan amat sangat menyenangkan.  Singkat cerita, kami sampai di kawasan wisata Galunggung. Beberapa meter dari Gerbang Selamat Datang kami menjumpai dua jalur. Jalur sebelah kiri adalah jalur menuju kawah dan terowongan, sedangkan yang kanan adalah jalur menuju Kolam Air Panas.  

Area pertama yang kami singgahi adalah area terowongan. Di area ini ada semacam pos penjagaan dan anak tangga yang menjulang sangat tinggi, mengisyaratkan semacam tanda-tanda kegemporan jika nanti kami menaikinya. Kami kurang tahu pasti, ada apa saja di area yg dinamakan terowongan ini dan akan tembus kemana anak tangga tersebut. Karena tujuan utama kami adalah kawah, maka kami memutuskan untuk segera menuju area kawah setelah hampir setengah jam berfoto-foto di sini.

Kapanpun, dimanapun...kami tetap eksis


Mobil kami pun berbalik kembali ke arah kawah. Sepanjang perjalanan, mulai dari Gerbang masuk, area terowongan maupun kawah, kami disuguhi pemandangan yang menyejukkan. Bagi anda yang  bosan dengan hiruk pikuk kota, view sepanjang jalan ini akan menjadi terapi relaksasi alami yang menyenangkan. Dari kejauhan, mulai terlihat deretan anak tangga yang menuju kawah. Sepintas , suasananya hampir mirip seperti di Tembok Besar Cina.


Tak berapa lama kami tiba di tempat parkir. Ternyata di area kawah jauh lebih ramai dibanding area terowongan tadi.  Ada banyak kendaraan, saung (gubuk) penjual aneka makanan maupun tanaman hias, musholla, wc umum, dll. Pengunjung yang datang juga  cukup ramai meski ini bukan hari libur. 

Di area parkir ini kami disambut oleh 620 anak tangga yang di mata kami terlihat pongah dan kejam, seolah siap menyiksa kaki tatkala menapakinya. Bagi para pecinta olahraga, pecinta daki mendaki, pecinta program diet alami atau pecinta anak tangga, mungkin 620 anak tangga tadi bukanlah sesuatu yang mengerikan. Tapi bagi kami, yang terakhir kali berolahraga yaitu saat pelajaran olahraga di SMA beberapa tahun lalu, anak tangga sebanyak itu sungguh sangat horror.
620 anak tangga ini  terlihat begitu horror
Mulanya kami sempat ragu saat hendak menaiki anak tangga ini, tapi berhubung kami sudah jauh-jauh datang dari Garut , akhirnya kami bertekad bulat menaklukannya. Maka dengan didorong oleh keinginan luhur seluhur anak tangga Galunggung, satu per satu anak tangga tersebut mulai kami daki. 

Hmm.. Mulanya biasa saja (karaokean) tapiii.......menjelang puluhan tangga, nafas mulai ngos-ngosan, kaki serasa ingin copot, keringat mulai mengucur, rambut mulai ketombean..heuheu...  Dua dari rombongan kami  ada yang menyerah dan memutuskan kembali ke parkiran. Pendirian saya pun mulai goyah. Antara lanjut atau ikut mundur.  Fisik saya rasanya sudah mulai tak sanggup lagi. Saya bahkan nyaris pingsan saat tengah beristirahat di anak tangga yang ke dua ratus sekian. Saat itu yang saya lakukan hanya mengutuki anak tangga dan mengutuk perbuatan saya mempengaruhi kawan-kawan agar merubah tujuan wisatanya ke sini. Hehe.. Saya juga mengeluhkan kenapa Pemda setempat tidak membuat eskalator atau lift saja di area ini. Atau mungkin memasang kamera pengintai di sepanjang anak tangga, agar bila ada pengunjung yang menyerah, mereka bisa melambaikan tangan sperti di acara dunia lain..heuheu
tetep eksis walo nyaris pingsan.hehe

Saya benar-benar dilema. Saya sudah ada di pertengahan, mau mundur nanggung, karna berarti saya harus menuruni ratusan anak tangga dan setelah itu tidak akan mendapat apa2. Rugi berkali-kali lipat kan. Tapi mau maju juga rasanya badan sudah tak kuasa. Saya hampir menangis karna lelah dan benci dengan anak tangga yang seolah tak berakhir ini. Tapi kawan-kawan terus menyemangati saya meski mereka pun sama letihnya.

Saya lalu ingat kebiasaan saya mensugesti diri sendiri tiap ada masalah,yaitu : anggap segala sesuatu terasa mudah. Akhirnya saya mencoba mensugesti diri  tiap menaiki satu demi satu anak tangga. Saya berkata dalam hati : ah tinggal sedikit lagi, tinggal sedikit lagi, saya bisa..bisa! (walaupun pada saat itu sebenarnya masih ada ratusan anak tangga). Saya tau perjalanan ini masih sangat panjang, tapi saya tidak mau membayangkan kata "ratusan anak tangga". Saya terus mensugesti diri sambil  berusaha membayangkan apa yang akan saya dapat nanti, yaitu betapa kerennya kawah Galunggung sperti yang pernah saya lihat di sebuah liputan televisi dan foto milik kawan saya.

Dan alhamdulillah.... kesenangan saya sungguh tak bisa diutarakan dengan kata-kata lagi saat akhirnya saya tiba di anak tangga terakhir. Anak tangga terakhir! Dan itu artinya.. tadddaaaa.... saya tiba di kawah Galunggung, sodara sodara ! akhirnyaaaa... (kata "akhirnya" adalah kata yg paling saya idam2kan dari sejak menapaki  anak tangga pertama di bawah tadi, hehe). Subhanallah..... rasa letih dan frustasi yang sempat menyelimuti saya sejak dari tangga tadi terbayar oleh keindahan kawah Galunggung. Jadi pengen lompat-lompat saking senangnya.


Tak terperi betapa bersyukurnya saya. Ini sungguh kenikmatan tiada tara. Terutama karna saya memperolehnya setelah perjuangan berat dan nyaris pingsan. Bagi mereka yang tidak menyukai wisata alam, pasti akan merasa menyesal karna telah bersusah payah menggadai tenaga hanya untuk melihat kawah lalu nanti pulang lagi. Seperti yang diungkapkan seorang ibu, “ah neng kacape-cape, naon da teu aya nanaon di luhurna ge” (ah neng, buat apa cape-cape naek, ga ada apa-apa di atasnya juga). Tapi tidak bagi saya yang sangat menyukai alam, ini adalah anugrah!

Tapi ternyata penderitaan tidak berhenti di sini saja. Kami masih harus menuruni setapak terjal sekitar 100 meter untuk mencapai dasar kawah yang berupa danau yang sangat indah. Oo..ow. Ini di luar rencana. Kami tidak membawa atau memakai peralatan trekking karna tidak menyangka harus trekking. Jalur trekking ini tentu saja menyulitkan kami, terutama anak perempuan, karna hampir seluruh anak perempuan dalam rombongan kami tidak ada yang menggunakan sendal gunung atau sepatu karna tidak tau akan trekking. Rata-rata dari kami memakai sendal biasa atau sepatu pentofel yang biasa digunakan ke kampus, jelas saja itu sangat menyulitkan saat menuruni jalan berpasir yang terjal dan licin. Bahkan tas yang kami bawa pun bukan ransel, melainkan tas yang disampirkan ke bahu. Kesulitan kami jelas bertambah karna sepanjang jalan harus mengatur langkah sambil memegangi tali tas agar tas tidak jatuh.  Pakaian kami juga bukan style untuk beradventure. Sehingga kami terlihat seperti  serombongan ibu arisan yang nyasar. Kami  benar-benar salah kostum. Haha

Setelah tersiksa di jalur trekking, akhirnya kami tiba di dasar kawah yang berupa sebuah danau. Dan lagi-lagi, thanks God, ini nikmat tiada tara. Anugrah yang luar biasa. Suasana danau yang sejuk, teduh dan tenang membayar lunas penderitaan sepanjang jalur tadi. 

Berhubung kami banci kamera sejati, dalam keadaan lelah dan berantakan pun kami masih tetap eksis untuk berfoto ria. Latar danau yang keren membiaskan penampilan kami yang kucel sehabis trekking.


Hanya sekitar setengah jam kami di sana. Waktu semakin sore sedangkan kami masih memiliki satu tujuan lagi, yakni kolam air panas. Sehingga meski masih letih, kami kembali menapaki jalur tadi yang kini disusuri dengan menanjak. Kali ini kami benar-benar lebih menderita karna tenaga kami hanya tenaga sisa, sisa naik 620 anak tangga dan menuruni setapak menuju kawah lalu kembali ke atas. Duhai, penderitaan...

Saya yang sudah dua kali mendaftar di organisasi pecinta alam kampus tapi gagal karna tak kunjung mendapat restu orangtua, sempat berkata dalam hati akan mengurungkan niat untuk masuk PA di tahun depan. Saya mendadak benci kegiatan sperti ini. Sungguh menyiksa. Saya kapok. Tapi tak lama kemudian ucapan itu seketika saya sesali ketika menoleh ke arah kawah yang sedang saya punggungi. Ini adalah bagian dari kenikmatan hidup, saya tidak boleh menggadai pengalaman berharga dari hidup hanya karna keengganan untuk merasakan letih(hihi, terlihat rada gaya nyak bahasa sayah, haha..)

Setelah tiba di atas kawah lagi, kami menuruni jalur yang mengarah ke area parkir. Untuk kembali ke parkiran memang ada dua jalur, kembali ke anak tangga atau menuruni jalur trekking. Demikian pula jika dari parkiran ingin ke kawah, bisa menaiki tangga atau menyusuri jalur trekking. Karna kami masih trauma melihat tangga (huhu), maka kami memilih jalur trekking saja. Sepanjang jalur terasa lebih menyenangkan  meski jalur berpasir kerap membuat kami beberapa kali nyaris tergelincir. Kawan-kawan saya yang alumnus Rumah Sakit Jiwa ini mulai kumat sarapnya. Sesekali mereka melontarkan candaan di tengah keletihan yang mendera, sehingga medan tidak terasa begitu menyiksa. Saya beruntung memiliki kawan-kawan menyenangkan seperti mereka, mereka membuat suasana kebersamaan selalu lebih indah. 

Tak berapa lama kami tiba di parkiran. Usai melepas lelah sejenak, mobil kami berbalik arah menuju area kolam air panas di bawah sana, memutar kembali ke arah Gerbang Selamat Datang lalu belok menuju area kolam yang jauh lebih ramai pengunjung. Usai menyantap makanan yang terasa lebih nikmat, hangatnya air panas alami Galunggung dengan sekejap menghilangkan segala penat di tubuh kami. Perjalanan kami di Galunggung pun berakhir setelah sesi berendam dan pemotretan di area kolam. Menjelang pukul 4 kami pulang ke Garut, membawa rasa syukur akan kebersamaan yang manissss dan sebuah pengalaman berharga : trekking salah kostum di Galunggung. hehe... 
Galunggung, semoga kami bisa kembali menapakimu lagi, dengan semangat yang lebih besar dan tentunya, tak lagi salah kostum.

6 komentar:

  1. ckckckck...cakeeeepppp...aku belom pernah kesanaaaa...kapan2 ajakin aku ya mbak..hahaha....
    poto2nya juga cakep ihh..suka pokoknya..keep writing mb..salam persahabatan..
    aku tunggu jejaknya di blog aku yah mb..^^

    BalasHapus
  2. hi..thanks banget dah mampir sini ya..^^
    Ayo, ga rugi loh maen ke sana, view nya keren...bisa skalian olahraga pula, hehe...
    Sipp, segera meluncur ke tkp, eh ke blog kamu..^^

    BalasHapus
  3. keren. pengen k sana euy.. anw, klo hiking horor g track nya?

    BalasHapus
  4. ternyata di galunggung bagus yaks. :D
    kemarin main ke garut taunya cuma waterboom sma danau apa itu. lupa. heheheh

    BalasHapus
  5. @tyanita : kalo menurut saya track hikingnya mah ga sehorror tangga deh, cuman mesti ekstra hati-hati karna itu tanah berpasir, jadi agak licin
    thanks dah mampir sini yaa ^^

    BalasHapus
  6. @accilong : yap, Galunggung bagus juga ko, kalo dari Garut sekitar 2 jam an lah..
    Danau yang mana,teh? Situ Bagendit bukan?

    BalasHapus

Hei sobat, komenin postingannya dunk... Tapi pleaaseee jangan ninggalin link hidup di sini yaa, makasih ^^