Social Icons

Pages

Rabu, Januari 23, 2013

KEKURANGAN FISIK BUKANLAH LELUCON !

Minggu lalu masyarakat dikejutkan dengan ‘celetukan’ kontroversial Daming Sanusi, salah satu calon hakim agung yang mengatakan bahwa pelaku pemerkosaan tidak perlu dihukum berat karena pelaku dan korban sama-sama menikmati. Pernyataan yang diakui Daming "hanya" sebagai “candaan” itu ternyata menuai reaksi keras. Banyak pihak, termasuk saya pribadi, yang menganggap celetukan tersebut keji dan tidak manusiawi. Tidak sepantasnya kasus pemerkosaan dijadikan bahan tertawaan. Apakah Daming Sanusi itu tidak tahu betapa beratnya beban psikologis yang ditanggung para korban pemerkosaan? Rape is not a joke. 

Namun jika kita mau menelaah lebih jauh lagi, sebenarnya bukan hanya pemerkosaan saja yang tidak layak dijadikan lelucon. Ada banyak hal yang sebenarnya tidak pantas untuk dijadikan bahan lelucon namun sayangnya kerap diumbar bebas oleh beberapa pihak. Salah satunya mengenai kekurangan fisik. Coba tengok sejumlah acara televisi kita, khususnya acara komedi, berapa banyak yang mengumbar lelucon konyol yang menyangkut fisik seseorang. Dengan tanpa beban para komedian itu melontarkan candaan tentang kekurangan fisik yang dengan bodohnya disambut ledakan tawa para penonton. Komedian dan penonton sama-sama sakit.
 
Atau berapa banyak komedian yang sebenarnya memiliki fisik sempurna namun mencacatkan dirinya sendiri hanya untuk mengundang tawa. Sebut saja Chika Wa Ode atau Azis Gagap misalnya. Apakah mereka tidak memikirkan perasaan orang-orang yang memang memiliki kekurangan? Tidakkah mereka berpikir bahwa candaan mereka kelak akan ditiru para penontonnya kemudian “dipraktekkan” pada orang lain yang memiliki kekurangan fisik?

Saya yang juga terlahir dengan kekurangan fisik sebenarnya pernah melakukan kebodohan yang sama, jujur saja. Secara sadar maupun tidak saya juga pernah tertawa mendengar celetukan yang menyangkut fisik.  Saya akui saya pernah melakukan kebodohan itu walaupun biasanya saya tertawa bukan karena unsur fisiknya, tapi lebih karena gaya penyampaian lawakannya. Tapi kemudian saya sadar, kekurangan fisik sama sekali bukan lelucon. Sama sekali bukan lelucon. Bukan untuk ditertawakan. Tidak ada yang lucu dari itu. 

Saya memahami betul bagaimana rasanya kondisi fisik yang ada pada diri kita dijadikan bahan lelucon. Itu sungguh keji. Ketika orang-orang yang memiliki kekurangan fisik seperti saya harus jatuh bangun menata kepercayaan diri, ada sebagian pihak yang menjadikan kekurangan kami hanya untuk bahan lucu-lucuan. Ketika kami berjuang menguatkan diri, menguatkan mental menerima kondisi yang sebenarnya tidak kami kehendaki, orang-orang itu dengan entengnya menjadikan kondisi yang memberati hati kami itu sebagai sebuah candaan. Mereka mungkin berpikir itu hanya ucapan angin lalu, namun lain dengan kami yang merasakan betul beratnya berada pada kondisi demikian.

Bukan hanya di acara televisi saja sebenarnya, pada obrolan sehari-hari pun tidak jarang lelucon konyol seperti itu terlontar. Bahkan dulu ketika masa sekolah,
salah seorang guru saya pernah mengeluarkan lelucon tentang kondisi fisik orang-orang seperti saya, padahal beliau tau di dalam kelas itu ada saya! Sayang sih dia guru, mau tidak mau harus saya hormati. Kalo bukan guru mungkin saya sudah bilang : pak, otakmu di mana?

Bayangkan, padahal itu guru. Sosok yang mestinya jadi teladan, yang harusnya tidak mengajari anak didiknya cara mencela ciptaan Tuhan. Sosok yang mestinya bijak. Seseorang yang berpendidikan. Tapi rasanya ini memang bukan tentang setinggi apa pendidikanmu atau apa profesimu. Saya rasa kebiasaan masyarakat kita menjadikan kekurangan seseorang sebagai lelucon memang gambaran dari masyarakat yang sakit, yang merasa superior dengan dirinya sendiri sehingga berkuasa memandang rendah orang lain. Manusia-manusia seperti itu merasa dirinya sempurna, hebat. Lupakah mereka bahwa fisik mereka itu hasil pemberian Tuhan? Bukankah kita semua tidak pernah request sama Tuhan ingin terlahir seperti apa? Kita tinggal terima  saja bukan? Lalu jika orang-orang yang normal  bisa normal karena kehendak Tuhan, mengapa harus merasa bangga? Semua toh sama saja hasil pemberian Tuhan.

Tidak bisakah bersikap lebih bijak dengan tidak merasa diri superior dan sekaligus tidak menghakimi kekurangan orang lain karena tidak ada satu manusia pun yang berhak atas itu. Bukan kita yang mengatur hendak jadi apa, bagaimana. Saya juga kalo boleh minta pasti ingin terlahir normal. Tapi bukankah semua yang ada pada diri hamba semata-mata adalah kreasiNya? Adakah makhluk di dunia ini yang mampu melawan kehendakNya yang agung? Tidak. Semua adalah kuasaNya. Tapi yang harus diketahui bahwa kekurangan fisik bukanlah bentuk kelemahan Tuhan, hanya orang yang tidak mengerti yang mengatakan begitu. Kekurangan fisik justru bentuk kemahabesaran Sang Maha Besar.  Ada begitu banyak makna di balik kekurangan fisik yang Tuhan beri pada hambaNya. Tuhan ingin mengajari kita bersyukur. Tuhan menghadirkan orang-orang seperti saya agar yang lainnya bisa bersyukur. Tuhan menciptakan kekurangan agar kita tidak mengutamakan fisik. Bukan, bukan fisikmu yang Aku utamakan, kata Tuhan. Tapi takwamu, hatimu... Lihat, alangkah agungnya pelajaran yang hendak Tuhan beri pada kita.  Betapa kurang ajarnya kita yang berani menertawakan kebesaran makna itu.

Maka, berhentilah mengolok-olok kebesaran Tuhan. Berhentilah merasa diri superior. Berhentilah menghakimi kekurangan orang lain. Berhentilah menjadikan kekurangan orang lain sebagai lelucon. Berhentilah jadi masyarakat yang sakit. Disability is not a joke.

#23 Januari 2013. menulis di tengah serangan flu. yang ini mampet, yang ini ngga..

15 komentar:

  1. ga tau mw coment paan hana,,, Allag ga pernah menciptakan sesuatu dg sia2,, dan hanya org yg berfikirlah yg bisa mengerti itu semua,, :) kekurangan fisik bukanlah suatu hal yg buruk,, tp klo hati yg kekurangan itu suatu hal yg buruk,, bukan begitu???

    BalasHapus
  2. saya mencoba mengerti dan memahami, tempaan itulah yang membuat orang orang itu menjadi kuat sekaligus hebat...dengan mereka mengolok-olok, artinya ujian bagi mereka untuk tidak melecehkan ngga kuat mereka tanggung...maka berdosalah mereka itu.

    BalasHapus
  3. sy juga punya kekurangan dari segi fisik, akibat kecelakaan sekarang kaki sy jd pendek sebelah, jalan ld pincang,, terkadang ktika ada lawakan yang berakting sperti orang pincang, ada rasa tersinggung.. Tp sy selalu menganggap itu adalah ujian dari Allah sejauh mana saya bisa menerima keadaan

    BalasHapus
  4. dalam masyarakat sepertinya telah terjadi pembiaran atas sikap seperti ini...lelucon atas kekurangan fisik seseorang dianggap suatu kebenaran...namun ALLAH MAHA TAHU dan MAHA MELIHAT....dan kelak mereka kan menerima balasannya....cepat atau lambat, di dunia ataupun di akhirat...salam

    BalasHapus
  5. Saya lebih menghormati dan menghargai orang-orang yang secara fisik kekurangan tapi mempunyai hati yang mulia,daripada orang-orang sempurna secara fisik tapi mempunyai hati keji,
    Neng Hana Kamana wae ?? salam ka sadayana,,,

    BalasHapus
  6. kadang kita dengan mudahnya mentertawakan kekurangan org lain sebagai lelucon, tp saat org lain mentertawakan kekurangan kita, kita seolah tdk terima. Jd lebih baik 'mentertawawakan' kekurangan diri sendiri.

    untuk masalah daming, entahlah kok sepertinya sedang marak para pejabat yg omongannya ngawur, masyarakat bisa menilai sendiri lelucon itu(mungkin bagi sebagaian org atau bnyk org bisa dikatakan satire bahkan sarkasme) dilontarkan seorang pejabat publik.

    BalasHapus
  7. kepekaan dan rasa empati..mungkin itu yang kurang dari mereka2 yang menjadikan kekurangan orang lain sebgai bahan candaa atau olok2..disadari atau tidak... kalo saya malah menganggap mereka yang memiliki keterbatasan fisik jauh lebih beruntung dan lebih baik dari saya... merinding saya :)

    BalasHapus
  8. setuju artikel ini. kadang orang2 suka melewati batas untuk bercanda, yang malah bikin sakit hati orang itu yang di bercandaiin.

    BalasHapus
  9. banyak tontonan komedi yang guyonannya jelek sekali

    BalasHapus
  10. @sri : betul, kekurangan yang ada dalam hati (sperti misalnya kurangnya rasa sayang, peduli, empati, dll) jauh lebih buruk daripada kekurangan yang ada dalam fisik kita..

    @Cilembu : benar sekali kang, bahwa pada dasarnya semua ini merupakan bentuk ujian. ujian bagi orang yang memiliki keterbatasan adalah saat ia 'direndahkan', sedangkan ujian bagi orang yang tidak memiliki keterbatasan adalah saat 'tidak merendahkan' orang lain

    BalasHapus
  11. @yusup : alhamdulilah kalo kita mah mungkin bisa menyikapi secara positif, tapi saya kasian dengan mereka yang mentalnya belum sekuat kita.. itu yang membuat saya sedih..

    @hariyanto: sebuah pembiaraan atas kesalahan yang dilakukan secara kolektif memang menjadi sesuatu yang akhirnya tidak lagi menjadi salah di mata masyarakat...

    @dede : bahkan sering kita jumpai juga para penyandang disabilitas yang justru kualitas kehidupannya lebih baik dari mereka yang normal. hihi iya maaf kang, lama saya ga muncul nih..hehe.. salam baktos oge kang ti abdi :)

    BalasHapus
  12. @opik : tulisan ini juga menjadi semacam teguran untuk diri saya sendiri, karna saya juga pernah khilaf, menertawakan kekurangan orang lain tanpa saya sadari bahwa itu adalah sesuatu yang jahat...eh tapi ngomong2 kasus daming ga jelas lagi nih kabarnya, keburu rame ngurusin anas yah sekarang, hehehe :D

    @muh.ratodi : saya juga merasa beruntung dengan adanya keterbatasan, sebab saya bisa mengenali betapa Allah itu adil, betapa Allah itu Pemurah, betapa Allah itu Maha Besar... dengan kekurangan ini saya juga tumbuh menjadi pribadi yang memiliki empati lebih besar, itu benar-benar saya syukuri...

    BalasHapus
  13. @parfum asli : hehe, bener.. kita ini sering banget kayanya ngelontarin becanda2 yang kelewat batas..apalagi kalo dah nyangkut2 fisik, kayanya hobi banget gitu...hehe

    @sukague.com : saya sih berharapnya acara komedi kita bisa lebih sehat lagi ke depannya... oh iya terimakasih sudah mampir :)

    BalasHapus
  14. Hmm,, Setuju banget mbak,
    tidak sebaiknya kekurangan fisik menjadi lelucon,
    bukankah Allah telah menciptakan dengan Sebaik-baik bentuk.

    BalasHapus

Hei sobat, komenin postingannya dunk... Tapi pleaaseee jangan ninggalin link hidup di sini yaa, makasih ^^