Hi semua... Kali ini saya pengen berbagi cerita perjalanan saya ke Pantai Selatan Garut. Agak basi si, soalnya saya berangkat Februari lalu. Waktu itu saya belum bikin blog, jadi ga kepikiran buat nulis, padahal perjalanan ke pantai kemaren cukup seru..suka duka sampe crita horror juga ada. Cuman yang horrornya sempet ragu mau saya critain di sini, soalnya saya takut ntu arwah penampakan tiba-tiba nyamperin saya dan nagih royalti karena udah nulis crita tentang dia. Lah saya aja nulis kaga ada yang bayar, gimana mau ngasi royalti. hehe
Perjalanan ke pantai kemarin emang paling berkesan, walopun dari satu kelas yang jadi berangkat cuma 9 orang. Temen-temen yang lain pada berhalangan. Mulai dari kepentingan yang ga bisa ditinggal lah, ga dapet ijin lah, ga punya duit lah sampe yang takut liat ombak lah...jadi ya sudahlah, akhirnya yang ikut cuma 9 orang. 5 laki-laki, 4 perempuan.. plus sepuluh dengan supir. Dan berhubung salah satu temen saya lagi kumat jiwa baiknya, jadi dia pinjemin mobil secara gratisan..alhamdulillah, bisa ngirit..hehehe..*terdengar teriakan horee dari para pecinta gratisan*
Saya sendiri sebelumnya sempat was-was takut sulit dikasi ijin. Tapi berkat jurus transkrip nilai warisan para leluhur, orangtua saya pun luluh. Mungkin ini bisa jadi tips bagi para mahasiswa ato adek-adek pelajar yang pengen pergi maen tapi takut ga dikasi ijin. Tunjukin aja transkrip nilai atau hasil rapot terbaru sambil tersenyum manis plus naek turunin alis mata. Niscaya orangtua anda akan sedikit luluh. Tapi jurus ini tidak dapat digunakan jika nilai sedang dalam kondisi kurang sedap dipandang mata. Bukannya dikasi ijin maen, bisa-bisa anda disuruh makan nasi aking atau pakan ternak selama sebulan.hauhau.
Oia, kali ini Pantai yang rencananya akan kami kunjungi adalah pantai Rancabuaya, pantai berpasir putih yang eksotis dan menjadi salah satu pantai yang paling sering dikunjungi wisatawan, termasuk wisatawan asing. Beberapa kali dijadiin lokasi syuting. Bahkan Dewi Lestari pernah ngejadiin pantai ini sebagai latar di salah satu bukunya, Perahu Kertas. Perahu Kertas sendiri adalah buku yang dikasi dari Sri Hadianti, sahabat saya tercinta*hauhauhau* yang dia kasih buat hadiah ulang tahun saya tapi dipinjem lagi dan ampe sekarang masih ada di kosannya dia di Bogor sana..heuheu, dasdor..
Tapi manusia hanya berencana, Tuhan jua yang menentukan. Rencana kami ke Rancabuaya ternyata ga bisa terlaksana, karna saat itu kami dateng terlalu sore *ya iyalah, gimana ga ksorean, brangkat dari Garut Kota jam spuluh, nyampe sana udah jam 3 sore..huhu*. Karna lokasi masih sangat jauh dan khawatir kemaleman, kami pun memutuskan istirahat saja di rumah kerabat seorang kawan yang dipinjam jadi tempat menginap selama semalam. Saya ga tau rumah kerabat kawan saya itu di daerah mana, tapi untungnya masih deket pantai. Jadinya setelah makan dan salat, kami pun memulai acara temu kangen dengan hamparan pantai dan gulungan ombak.
Sebelum nyampe pantai, kami nyaris kesasar dibawa ngebolang oleh Agun, kawan saya yang mencari jalan hanya bermodalkan insting*baca: nekat plus sok tau, haha*. Kami mesti lintasin tanggul sawah berulangkali serta nyaris terjerembab ke lumpur. Beberapa mulai esmosi karna tak kunjung menemukan pantai. Dan kawan saya yang menunjukkan jalan itu hampir saja jadi bulan-bulanan massa kalau saja mata kami tak segera disuguhi hamparan pantai yang indah. Yippppppi, pantaiiii!!
Luapan tasbih dan takbir menggulir...Maha Besar Allah dengan sgala ciptaanNya. Pantai ini, walopun bukan merupakan objek wisata, tapi memiliki view yang cukup menarik. |
Waktu semakin berlalu dan sunset pun tiba. Semua pengorbanan kami untuk menuju kesini terbayarkan oleh keindahan sunset di pantai yang sampai sekarang tidak kami ketahui pantai apakah itu gerangan. Pun kawan saya yang rumah kerabatnya dijadikan tempat menginap juga tidak tau pasti apa nama pantai ini. Warga sekitar hanya menyebutnya sebagai “Basisir” atau pesisir.
Saya tidak ingin melewatkan satu momen pun dari sunset yang tengah terbentang di depan mata. Walau hanya bermodal kamera 2 megapiksel dari hp tercinta, saya tetap semangat menangkap salah satu mahakarya Sang Maha Kuasa..
Menjelang magrib kami pulang ke rumah tempat kami menginap. Tak mau merepotkan tuan rumah, saya dan teman-teman perempuan memasak sendiri lauk untuk makan malam. Tapi karna alat memasak yang tersedia hanya tungku dan kami terbiasa memakai kompor gas, acara masak memasak pun jadi agak kacau. Tempe yang saya goreng mutung separuh. Sementara separuh lagi masih mentah. haduh, maapkan akuh, kawan-kawan..Meracuni kalian dengan tempe jadi-jadian...hahaha…
Selepas mandi dan makan malam, kami ngobrol ngalor ngidul hingga larut. Agak kurang sopan memang, di saat tuan rumah sudah tertidur, kami masih cekikikan di ruang tamu. Tapi tampaknya malam itu kami kesulitan untuk tidur. Mata memang ngantuk tapi tak bisa terpejam. Selain hawa yang gerah, nyamuk-nyamuk di sini pun seakan tak kenal ampun. Akhirnya beberapa dari kami memutuskan untuk bercurhat-curhat ria.
Malam semakin larut. Sebagian dari kami sudah terlelap. Kami terpaksa tidur di ruang tamu karna kamar penuh nyamuk dan tak diberi lampu, sedangkan di ruang tamu nyamuk-nyamuknya tidak begitu brutal. Di ruang tamu tersebut anak perempuan tidur di sofa, anak-anak laki di karpet di balik sofa.
Saya baru bisa terpejam sekitar pukul dua.. kebangun pukul 4.. Iler saya masih belum kering ketika seorang kawan bercerita bahwa sekitar pukul setengah tiga dia melihat dengan jelas sesosok perempuan berbaju putih melintas dua kali di jendela yang berada tepat di atas sofa tempat saya tidur. Saya jadi ingat, sebelum terpejam saya berbaring sambil melihat ke arah jendela tsb. Saya sempat bercanda dlm hati "kalo sampe ada penampakan, pasti horror pisan tah, langsung ekstra di depan mata". Tak taunya candaan saya jadi nyata. Tapi yang ketiban sial justru kawan saya yang memang menderita insomnia sehingga begadang semalaman sambil mendengarkan musik. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan jendela, semestinya dia ikut tidur di karpet dengan teman pria lainnya, tapi karna bosan menunggu kantuk yang tak juga datang akhirnya ikut duduk di sofa yang masih kosong tepat depan jendela. Saat tengah asyik memutar lagu dan tak sengaja menengok jendela, sosok tadi melintas dengan lempengnya di jendela tersebut lalu balik lagi tanpa memberi kesempatan pada kawan saya untuk say hi atopun minta no hape, heuu..
Teman saya itu sampe bersumpah kalau bayangan tersebut nyata, bukan halusinasi ato mimpi karna dia tidak sedang tidur. Kalo misal itu cuma khayalan, ga mungkin juga kan melintas sampai dua kali, ujarnya. Kalo dibilang manusia juga ga mungkin, karna jendelanya berupa kaca yang gelap, tak bertirai dan tak ada lampu di luar sana...kalo manusia yang lewat, justru tidak akan terlihat sejelas sosok putih tadi.
Kami pun mulai merasakan suasana tidak enak di rumah ini. Saat kami datang, memang tidak ada yang aneh dari rumah tempat kami menginap ini. Hanya ada retakan besar bekas gempa hebat beberapa tahun lalu yang terlihat di mana-mana. Tapi setelah malam menjelang, auranya terasa berbeda. Mungkin disebabkan karna jendelanya tak dipasangi tirai. Sehingga kegelapan malam terlihat dengan jelas. Penerangan pun hanya ada di beberapa ruangan. Ditambah lagi di sudut ruang tamu ada satu kamar yang gelap dan tampaknya tidak dihuni. Mitos bahwa kamar kosong selalu memiliki "penghuni" sendiri membuat suasana jadi makin horror. Setelah kejadian dini hari itu walhasil pagi itu suasana jadi terasa "muriding", sampai mandi pun kami harus saling ditemani karna wc di rumah ini juga tak berlampu, entah mengapa. Sudah bisa ditebak, rencana melihat sunrise pun batal dengan sendirinya karna bulu kuduk terlanjur meremang.
Untungnya suasana horror yang sempat menyelimuti pagi kami mulai memudar saat kami pamit pulang untuk menuju pantai berikutnya. Biarlah itu jadi kenangan dan pelajaran untuk lebih berhati-hati menjaga sikap di tempat2 semacam itu.
Sayangnya rencana untuk mengunjungi Rancabuaya batal untuk kedua kalinya karna lokasinya terlalu jauh. Lebih baik kami memutar balik ke arah Garut dan mengunjungi Pantai Santolo saja. Yo wislah, mungkin memang belum saatnya kami diijinkan menyaksikan keindahan Rancabuaya nan eksotis tersebut. Perjalanan kami di selatan Garut kali inipun berakhir di Pantai Santolo yang juga indah.
Walau kecewa karna tak bisa mengunjungi Rancabuaya, tapi keindahan Santolo cukup mengobati. Yah kemanapun saya pergi, dimanapun saya berada, asalkan itu dengan kawan-kawan saya...pasti akan tetap indah dan menyenangkan.
Sekian catatan perjalanan saya kali ini. Agak basi memang, karna kami pergi kesana Februari lalu. Tapi terimakasih telah menyimak sampai selesai. Semoga tidak ada yang kecewa dengan cerita tidak penting ini. hehe... Dan bagi anda yang belum pernah mengunjungi pantai di Garut, jangan biarkan diri anda merugi. Pantai di Garut pun tak kalah indahnya. Seperti pantai Sayangheulang, Karang Tepas, Karang Geder, dll. serta Pantai Taman Manalusu yang katanya mirip Bunaken. Mudah-mudahan saya juga diberi kesempatan untuk mengunjunginya agar kelak dapat menuliskannya di blog ini.
oke, thanks for reading, people...^^
wow.. keren pantainya.!
BalasHapushehe, iya mas.. tapi yg ini belum seberapa sih,masih ada sejumlah pantai yang keren di Garut, wajib untuk dikunjungi...^^
BalasHapuswah promosi nih.. hehehe...
BalasHapusthanks infonya.. siapa tahu kapan2 saya nyasar ke sana. hehe...
asikk,a ni cerita,,untung.a gak ngalamin hal yg d liat dijendella dechh :D
BalasHapus@rosho : ho oh da Rosho mah menghilang entah kemana malem eta teh, jadi weh teu kabagean adegan horror, hehehe :)
BalasHapuskalau lihat foto di atas sich,,itu namanya karang paseban,,sbelah kiri dri sna skitar 500 m, yg ada muaranya dan karang menjulang tinggi namanya batu kuntul,,,keduanya mzih kwasan pantai cijayana,,,skitar satu jam lagi kalau mau ke rancabuaya,,,,saya tau soalnya pernah kemping di sana,,
BalasHapus@anonim: waaah makasih banyak yaa, akhirnya saya tau juga nama pantainya! Jujur saya kangen sama pantai ini,tapi kalo ga tau namanya kan bingung juga nanti kesananya gimana. Oh iya, emang orang Garut juga yah? :)
BalasHapus