Tentang Kagum, Sesal dan Rindu

Meski sudah 10 tahun lebih tak bisa lagi menatap wajah teduhnya, tapi saya masih bisa merasakan energi positif yang selalu terpancar tiap sosoknya terkenang. Saya memang bukan orang-orang berindra keenam yang bisa merasakan energi dari makhluk tak kasat mata. Namun energi positif yang bisa saya rasa dari sosok berwajah teduh itu tercipta dari kehalusan tutur kata dan gerak laku yang beliau ukir dalam ingatan saya. Dialah almarhumah nenek saya. Sudah lama beliau berpulang ke Rahmatullah, ketika saya masih terlalu belia untuk bisa mencerna arti kehilangan. Saat itu, saya belum tahu bahwa kehilangan sosok beliau akan menjadi sebuah kekosongan besar dalam hidup saya. Tapi kini, bertahun-tahun setelah hari kelabu itu, saya baru mengerti bahwa saya telah kehilangan sosok yang luar biasa. Bagaimana tidak, begitu banyak hal dari beliau yang kini menjadi inspirasi berharga untuk saya. 

 

#Sosok bersahaja dan mengagumkan

Nenek saya adalah perempuan yang mengagumkan. Raut wajahnya teduh. Begitu sabar. Ibadahnya terjaga. Lembut dan santun. Meski tampil dalam balutan pakaian-pakaian sederhana, namun terlihat bersih dan rapi. Bersahaja, itulah nenek saya. Saya suka harum bedaknya, suka aroma khas tubuhnya meski kini sudah samar dalam ingatan. 

Satu hal lagi yang sering membuat saya kagum, nenek adalah ibu dan mertua yang sangat baik. Ibu saya sendiri yang bercerita langsung. Menurut ibu, nenek adalah mertua luar biasa. Tidak pernah menyakiti perasaan anak maupun menantu-menantunya. Kadang saya ingat ucapan orang-orang, katanya orang baik itu selalu dipanggil lebih cepat karna sudah dirindukan surga. Dalam pikiran kanak-kanak saya dulu, saya rasa surga memang sudah merindukan beliau, wanita lembut dan sabar. 

Dengan penuh kasih beliau membantu mengurusi saya ketika masih bayi dulu. Saya sering mendengar cerita dari ibu, bahwa sejak saya lahir jasa nenek tak terkira lagi besarnya. Kondisi keuangan keluarga kecil bapak saya sedang sulit saat itu. Meski bapak dan ibu saya sudah berstatus pegawai negeri namun gaji mereka habis untuk biaya operasi saya yang saat masih bayi saja sudah harus terbaring di meja operasi (keren kan saya?hehehe). Saat itulah nenek saya ikut berjuang membantu kami. Padahal kondisi nenek pun serba tidak cukup. Namun penuh cinta nenek saya berjuang membantu ibu dan bapak saya. Mengirimi sejumlah kebutuhan pokok, menyisihkan uang untuk kami, meluangkan waktu untuk mengurusi saya kala bayi.

Setiap kali saya berulang tahun, nenek adalah orang yang tak pernah alpa memberi bingkisan ulang tahun. Hal inilah yang akan selalu saya kenang sepanjang hidup. Meski bingkisan yang beliau beri bukan sesuatu yang mewah atau mahal, namun tidak ada yang bisa menandingi kebahagiaan saya kala itu. saya ingat, ada hadiah sandal berwarna salem, watergames,dll. Sederhana saja. Namun saya merasakan ada luapan cinta yang tulus dari sana. Dan setau saya tidak semua cucu-cucu beliau mendapat bingkisan setiap ultahnya. Karena hal itu, maka saya selalu berpikir bahwa keistimewaan ini sungguh tiada bandingnya. Terimakasih untuk semuanya,nek.. Maaf karna kini semua hadiah masa kanak itu entah dimana berada…..Maaf...

# Namun terkadang kita tak pernah tau arti hadirnya seseorang hingga ia sudah tiada…

Karena jarak tempat tinggal kami yang cukup jauh, setelah besar saya pun jarang bertemu. Kalaupun misalnya nenek bertandang ke rumah atau saya yang berkunjung ke sana, rasanya seperti ada tembok penghalang. Saya yang ketika kanak-kanak begitu pendiam tidak mampu membangun keakraban selayaknya nenek dan cucu. Ada rasa canggung, ada kata yang tidak bisa saya utarakan dengan lugas bahwa saya menyayanginya. Saya menjelma menjadi sosok kaku yang sepertinya membuat nenek saya sulit untuk merangkul saya dalam kehangatan. Tidak seperti cucu-cucunya yang lain yang bisa berbincang dengan hangat, saya lebih banyak diam. Maka kebersamaan kami selama beliau masih hidup terasa canggung dan kaku, meski saya tau sejak bayi saya tumbuh dalam asuhannya. Meski setiap tahun saya mendapat bingkisan darinya, namun saya tak pernah bisa memeluknya dengan hangat. Saya hanya bisa memendam rasa kasih dan terimakasih dalam hati. Berharap kearifan nenek saya bisa merasakan itu tanpa harus saya ungkapkan…. 

Keluarga saya mungkin tidak menyadari itu. mereka menganggap semua berjalan wajar saja. Namun mungkin hanya saya dan nenek yang merasakan itu. Ah, nek….maafkan kekakuan itu. Sungguh, aku mengagumimu, mengasihimu. 

Setelah dewasa, saya merasa lubang dalam hati saya semakin menganga. Ada rindu yang kian hari kian membesar. Saya merasa ada penyesalan yang perlahan tapi pasti menyesakan dada. Saya merasa malang karna ketika beliau ada saya tidak bisa seakrab Rose dan neneknya dalam serial Islamic Rose Books, buku favorit saya. Saya iri karna saya tidak pernah memeluk nenek saya. Saya juga berduka karna kini semua sudah terlanjur pergi. Wajah teduhnya, aroma khas tubuhnya, senyum lembutnya…  saya sudah kehilangan itu semua. 

Yang tertinggal hanya sesal dan  rindu ….

#Penyesalan ini, entah dengan apa bisa terobati…

Hari di mana beliau pergi, saya baru berusia 10 tahun. Sudah cukup besar sebenarnya untuk bisa memahami bahwa kepergian itu akan merenggut semua kebersamaan kami untuk selamanya. Selamanya. Namun saat itu saya tak sadar bahwa kepergian ini akan menyisakan bekas luka yang dalam.

Sebuah penyesalan besar bersarang dalam dada. Saya tak pernah tau detik terakhir beliau pergi karna sedang tak di sisinya. Saya juga jarang temani hari-hari terakhirnya. Saya melewatkan kesempatan itu. Saya tak punya kenangan terakhir yang manis dengannya…

Nek, aku ingin memelukmu. Mengatakan bahwa aku menyayangimu, maafkan semua rasa kaku di masa itu… Demi Tuhan, aku rindu… 

Malam ini, ketika jari jemariku mengetik untaian kata untukmu, aku memilih lagu Kidung Abadi untuk menemani. Sebuah lagu indah yang dicipta Gita Gutawa untuk Chrisye. Namun malam ini, ketika jari jemari ini menguntai kata tentang sosokmu, aku merasa kau lah yang tengah menyanyikan itu untukku..

Walau kini ku jauh darimu

Ku kan slalu tuk tetap bernyanyi

Kau dengar alunan melodiku

Persembahan ini untukmu

Biarkanlah aku menemani langkahmu

Bisikan kata menemani hatimu

Rasakan aku ada di dekatmu

Kidungku selalu bersamamu…selamanya…

"artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog #sukasuka di genksukasuka yang disponsori oleh bunda desi, kakjuli dan teh ani berta"