Menjelang awal
2012 lalu saya menuliskan daftar hal yang ingin saya capai sepanjang 2012, atau
yang biasa orang-orang sebut sebagai resolusi. Salah satu resolusi untuk 2012
itu adalah: mengikuti sebanyak-banyaknya lomba menulis. Saya bukan sedang
sok sok an, mentang-mentang suka nulis lalu pede ikut lomba. Saya sering merasa
kalo saya ini belum bisa menulis, masih harus banyak belajar. Dan keinginan
saya untuk ikut event menulis bukan karna “ saya bisa menulis”, melainkan
karena “saya ingin belajar menulis”.
Sayangnya
selama ini entah sudah berapa kesempatan telah saya lewati begitu saja, baik
karna didera perasaan rendah diri, sedang sibuk, tidak menguasai tema yang
dilombakan, tulisannya tidak kunjung selesai atau selesai tapi deadline sudah lewat,
dan lain sebagainya. Sungguh, betapa ruginya saya yang gemar menyiakan sekian
kesempatan hanya karna alasan-alasan sepele yang mestinya bisa saya atasi.
Alhamdulilah, pada akhirnya saya disadarkan oleh Sang Maha Baik. Bahwa setiap
kesempatan adalah emas, sekecil apapun nilai yang kelak diperoleh dari
kesempatan itu.
Maka, sejak
awal 2012 saya mulai serius menyimak sejumlah event menulis yang sekiranya bisa
saya ikuti, mencuri waktu di sela tugas-tugas kuliah dan pekerjaan rumah (nasib
mahasiswa merangkap asisten rumah tangga, hahaha). Saya memang masih didera
perasaan tidak pede, tapi kali ini coba saya atasi sebisa mungkin. Saya juga
belajar mengatasi stuck yang seringggg sekali menghampiri saya. Penyakit utama
saya selain tidak pede adalah stuck. Ini sudah menyerang saya sejak awal mula
menggeluti dunia menulis. Terhitung berapa banyak tulisan yang tidak pernah
saya tulis sampai tamat. Semua gara-gara terlanjur buntu. Baru setelah punya
blog saja saya mulai menulis sampai tamat, mungkin karna postingan blog ga
harus panjang dan bisa saya tulis semau saya, hehe..
Kini saya coba
melawan penyakit menulis itu melalui media belajar berupa event. Sejak awal
2012 sejumlah event kecil-kecilan pernah saya ikuti (tetep, saya masih belum
siap kalo buat ikutan event berskala besar, hehe). Beberapa diantaranya
membuahkan hasil yang membuat saya merasa terharu walau bagi orang lain mungkin
itu baru pencapaian-pencapaian kecil. Tapi tidak bagi saya, setiap apa yang
saya peroleh adalah berkah, karunia. Meski belum menjadi siswanto yang cetar
membahana badai (aihh..) namun sungguh saya syukuri hasil-hasil itu. Contohnya
ketika saya juara tiga giveaway contest dari blog ceritayuni.
Hadiahnya berupa sebuah buku dan mug khusus bergambar foto saya yang sepintas
tidak jauh beda mana saya mana asmirandah (hahahaha..penipuan publik tingkat
dewa. Abis ini fans nya asmirandah langsung lempar sendal ke saya, jiahaha).
Bagi orang lain sepertinya terlihat sederhana, tapi bagi saya, gift itu luar
biasa. Saya sangat bahagia… Bukan hanya soal hadiahnya, tapi keberhasilan saya
memanfaatkan kesempatan, serta rasa syukur atas penghargaan orang lain terhadap
apa yang saya usahakan dalam eventnya.
Tapi tidak
semua yang saya ikutkan menang. Ada sebuah tulisan yang tadinya saya lombakan
untuk sebuah film anak-anak, tapi tulisan itu tidak berhasil masuk 10 besar.
Awalnya saya kecewa. Tapi kemudian Tuhan memberi jalan lain yang juga indah.
Tulisan saya yang sederhana itu dipinang oleh sebuah zine digital bernama
Tuczine yang juga memuat tulisan saya yang lain pada satu edisi sekaligus.
Sebuah zine! Maaak, anakmu masuk zine, hehehe. Saya terharu dan sangat bangga.
Terlebih saya mengagumi zine tersebut. Saya sudah baca beberapa edisi Tuczine
dan dibuat jatuh hati. Begitu banyak tulisan-tulisan cerdas di sana. Saya
bilang seperti ini bukan karna tulisan saya pernah dimuat disana trus saya jadi
muji muji, hehe.. tapi bener-bener karna isinya banyak yang menarik. Meski
judulnya majalah musik underground, tapi tidak lantas membahas musik bawah
tanah melulu, ada juga artikel lainnya. Misalnya sebuah artikel tentang
kritikan terhadap pemberitaan di media masa saat ini (mass media, social
control or just another politic tools) yang saya sepakati habis-habisan. Hanya
sayangnya, sayangnya… sampai sekarang saya ga bisa unduh edisi yang ada saya
nya itu, awalnya begitu diberi tahu zine nya sudah terbit, saya sudah donlot
tapi jaringan internet waktu itu agak sedikit bapuk, sehingga zine nya
berkali-kali gagal saya donlod. Pernah berhasil didonlot, begitu diekstrak,
filenya kosong. Padahal edisi sebelumnya selalu mudah didonlod. Terakhir saya
cek, filenya udah ga tersedia lagi. Apa karna edisi yang itu ada saya nya jadi
gagal mulu yah, hahaha… (bawa sial). Tapi akan terus saya coba, kan saya juga
pengen liat tulisan saya nongol di zine. Bagi kalian yang ingin mendonlod
Tuczine bisa klik di
sini.
Emh sebenarnya
yang ingin saya bahas di sini bukan tentang kemenangan-kemenangan nyata yang
tadi saya ceritakan. Tapi tentang satu kemenangan lain yang juga bernilai besar
bagi saya. Setelah saya renungi, sebenarnya saya ini sudah menjadi pemenang.
Meskipun saya misalnya tidak menjadi juara dalam lomba, tidak masuk nominasi,
tidak menang hadiah, tapi..saya sudah jadi pemenang, untuk diri saya sendiri!
Coba simak lagi cerita saya di awal tadi. Saya kerap mengalami kebuntuan dalam
menulis, kerap pula didera perasaan tidak pede. Tapi kemudian ketika mengikuti
lomba-lomba tadi, saya melawan rasa rendah diri itu. Perasaan rendah diri
biasanya muncul karena kita ga punya pengetahuan cukup dalam mengerjakan hal
tersebut. Jadi untuk melawan rendah diri itu salah satunya dengan belajar
terus, berlatih terus, nyari referensi baru buat nambah wawasan. Kalo masi
belum pede, baca quote berikut yang saya kutip dari status temen fb saya bang
Rony Dyslexia Yorke : "berjalanlah dengan skill yang ada tapi keluarkan
dari dalam jiwa, kerdilkan ego dan nikmati alurnya......sejatinya kamu terlahir
bebas merdeka". So, bebaskan dirimu, menulis saja…
Lalu selain itu
saya juga berhasil melawan stuck. Jujur memang berat sekali rasanya jika
kebuntuan itu sudah datang. Tapi demi lomba saya coba lawan sekuat saya.
Caranya? Pertama, saya bertekad tulisan ini harus selesai. Bukan “bisa
selesai”, tapi “harus!” Jika harus, berarti saya sudah tidak punya pilihan
“untuk tidak menyelesaikan”. Maka, saya bertekad selesaikan sesuai waktu yang
sudah saya tetapkan sebelumnya. Kedua, saya menggunakan formula “tulis aja apa
yang ada di kepala, tulis, tulis. Baru nanti sambungkan”. Ketiga, jika
kebuntuan sudah menyerang, saya coba memejamkan mata, mereka situasi yang tepat
untuk hal yang sedang saya tulis, dan pelan-pelan apa yang tercipta dalam benak
saya itu pun saya ungkap melalui kata-kata.
Cara-cara tadi
lah yang akhirnya mengobati kebuntuan saya. Dan, saya telah berhasil jadi
pemenang untuk diri saya sendiri. Saya menang melawan penyakit-penyakit menulis
yang sekian lama menggerogoti dan mengamputasi keinginan saya untuk menulis.
Saya berhasil menang melawan bisikan-bisikan putus asa yang kerap menyuruh saya
berhenti mengetik dan matikan komputer. Saya berhasil melawan itu semua.
Saya sudah jadi pemenang.
Ada satu lagi
kemenangan lain yang sangat berharga untuk saya, yaitu ketika ada orang yang
membaca, mendapat nilai positif dari apa yang saya tulis dan menghargai tulisan
saya dengan tulus, bahkan dengan kritik sekalipun. Hal-hal yang sering bikin
saya terharu misalnya pas ada temen facebook yang bilang dia dah baca hampir
semua tulisan-tulisan saya di blog. Buat saya itu penghargaan yang indah
banget, mengharukan.. atau seorang teman facebook lainnya yang masih inget sama
postingan yang dah lama, yang bahkan saya sempet lupa pernah nulis itu, hehehe…
perhatian-perhatian kaya gitu adalah kebahagiaan yang ga bisa saya ukur dengan
apapun. Penghargaan berupa materi memang membahagiakan, tapi penghargaan yang
jauh lebih membahagiakan adalah penilaian dan perhatian tulus yang orang lain
berikan untuk karya kita.
Saya juga
belajar bahwa ada yang lebih penting dari hasil, yaitu proses. Bagaimana saya
bisa menghargai kemampuan diri, menghargai kesempatan, menghargai proses dan
mensyukuri stiap hasilnya kelak, jadi juara ataupun tidak, itu soal lain.
semua yang sekarang ini besar berawal dari sesuatu yang kecil dan mungkin menurut orang lain tidak ada artinya, tapi sesungguhnya dari hal yang kecil tersebutlah, sesuatu menjadi besar.
BalasHapussalam sehat dan sukses dan tambah gede' pede-nya.
Segini jg da sgt bagus koq... kalo tulisan kamu da di akui oleh sebagian orang gk perlu di pungkiri lagi artinya km sudah menang di tahap awal, ada sebagian orang yang menanggap tulisan kamu pantas untuk di beri pujian, terus berkembang neng, siapa tau kelak jadi penulis sukses.. amin..
BalasHapusSelamat ya buat kemenangan2nya...
BalasHapusMemang musuh terberat itu adalah diri sendiri. Mampu membuat pembuktian kpd diri sendiri itu sdh sebuah prestasi..
salam..
Wow selamat mbak... :)
BalasHapusHal yang paling sulit memang menaklukan diri sendiri...
selamat ya mba :)
BalasHapus@desa : benar kang, hal-hal besar dibangun dari kumpulan hal kecil. jadi walaupun masih sesuatu yang kecil tapi itu adalah"kecil yang bermakna besar".. salam sehat dan sukses juga kang...hehehe :)
BalasHapus@yopie:aamiin, aamiin...terimakasih banyak ya...dukungan kaya gini yang selalu bikin tambah semangat, hehe :D
@niken : hehe, selamaat kamu berhasil menang... terettt tereettt #iklan pop mie, hihihi...makasih bu..ini kemenangan yang indah untuk diri saya sendiri :)
BalasHapus@erny: thanks ya, memang yang paling susah itu naklukin ego dan hambatan yang muncul dari dalam diri...
@sandy : thanks yaa, hehehe :D
BalasHapus@sandy : eh kang, saya ko ga bisa komen di blog akang ya?
BalasHapussaya baca2 sih tulisannya bagus han, rapi :)
BalasHapussaya juga ingin menang mass......tolong yah mohon dukungan di kontes saya dan tolong di G+ yah.....
BalasHapushalo teh Hana, wah belum sempat liat zine-nya ya? Sudah diupload ulang tuh di http://tuczine.tumblr.com, bisa dicoba diunduh ulang. Oiya, plus ada kalender meja 2013, mungkin tertarik diunduh dan dicetak sendiri, hehe.
BalasHapus@opik : hehehe, makasih yah...hihi :D
BalasHapus@dedehate: wah makasih banyak ya mas, udah saya unduh dan baca...hiii sungguh bahagia pernah jadi bagian dari Tuczine, terimakasih sekali lagi :)
waw..
BalasHapus